Ogoh-ogoh Gayus |
Jika umumnya patung raksasa ogoh-ogoh yang dibuat menjelang Hari Nyepi menampakkan tokoh kejahatan yakni buta kala, namun tahun ini, justru ada yang berani menampilkan sosok Gayus Tambunan.
Karya tersebut dibuat I Komang Tenaya yang mengaku punya alasan khusus tak lain karena Gayus sebagai sosok yang juga menggambarkan sang buta kala. Menurut Kadek Kusumawati (38), istri Tenaya, ide membuat ogoh-ogoh berwajah Gayus, berangkat dari kegusaran batin suaminya, melihat sepak terjang pegawai pajak yang berhasil mengemplang pajak hingga miliaran rupiah itu.
"Kami sering melihat tayangan di TV dan media massa, di mana-mana wajah Gayus muncul menjadi terkenal karena ngemplang pajak," kata Kusumawati, Minggu (26/02/2011).
Karena itulah, ketika momen Nyepi tiba, Tenaya memutuskan membuat ogoh-ogoh berwajah Gayus yang dikerjakan selama tiga pekan dan menghabiskan dana sekitar Rp700 ribu. Maka, dibuatlah segala hal yang menyerupai Gayus yang identik orang mapan, penuh gelimang harta, dan bisa mendapatkan segalanya dengan kekayaan uang yang dimiliki.
Di patung tersebut, sosok Gayus mengenakan wig, berkacamata hitam, memakai batik rapi lengan pendek lengkap dengan dasi hitam yang menandakan dirinya orang kantoran. Sembari menenteng tas kopor hitam berisi uang dalam jumlah besar, semakin lengkap sudah penggambaran sosok sang mafia pajak yang bergelimang harta lewat patung ogoh-ogoh.
Sang pembuat patung, tak lupa menyelipkan kata-kata berisi sindiran terhadap realitas sosial yang ada. "Orang bijak ngemplang pajak, apa kata dunia,” demikian salah satu tulisan di sekiling patung Gayus. Di atas kotak tempat Gayus berdiri, diletakkan uang pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu, yang juga menandakan bahwa Gayus dikeliling uang melimpah.
Dikatakan Kusumawati, zaman modern sekarang, sosok pelaku kejahatan tidak identik dengan wajah seram layaknya buta kala dahulu, namun justru mereka yang berpenampilan rapi, necis bisa melakukan tindak kejahatan seperti dilakukan Gayus. "Karena Gayus menilep pajak uang rakyat sehingga perbuatannya itu tidak jauh beda buta kala, sifatnya serakah tidak pernah puas dan merugikan rakyat," ucap dia.
Karena itulah, ogoh-ogoh Gayus sengaja dipajang dipinggir jalan, dengan harapan agar masyarakat yang melihat itu, tidak mencontoh perilaku Gayus.
Karena sifat-sifat seperti Gayus ada di sekitar manusia, maka menurut Kusumawati, satu-satunya jalan sesuai keyakinannya sebaga umat Hindu adalah dengan menetralisir lewat serangkain upacara seperti pada perayaan Nyepi.
Rencananya, setelah ogoh-ogoh Gayus terpajang beberapa hari pada malam pengrupukan atau menjelang Nyepi, akan diarak keliling Kota Denpasar untuk selanjutnya dibakar bersama ogoh-ogoh buta kala lainnya.
Sumber :okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar