|
Suasana mudik dan arus balik Lebaran |
Setelah hari raya Idul Fitri biasanya pemerintah kota disibukkan dengan bagaimana caranya membendung arus urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota. Di Jakarta sebagaimana kita lihat Gubernur DKI menghimbau agar para pemudik tidak membawa pendatang baru ke Jakarta. Mengapa banyak pendatang baru ke kota?
Tetapi seperti juga tahun-tahun sebelumnya imbauan tersebut tidak efektif karena terbukti setiap tahun angka pendatang di perkotaan semakin meningkat. Adanya razia terhadap pendatang juga tidak banyak membantu. Kalau pendatang sudah jelas ada pekerjaan yang akan dilakukan sih tidak ada masalah. Terkadang sebagian besar pendatang ke kota tergiur oleh cerita temannya bahwa di kota hidupnya enak dan penghasilan dari pekerjaan besar. Di samping itu juga mereka menyaksikan di televisi bagaimana gaya hidup di kota itu. Di televisi banyak di gambarkan gaya hidup di kota sangat glamor apalagi di sinetron-sinetron. Padahal kenyataannya di kota mencari pekerjaan sangat sulit. Ada istilah yang mengatakan bahwa ibukota lebih kejam daripada ibu tiri. Itu sudah menggambarkan bahwa bagaimana kerasnya hidup di kota. Kalau kita lihat banyak generasi muda di kota enggan untuk terjun ke sektor pertanian, karena sampai sekarang yang jadi petani banyak yang sudah tua sedangkan anak muda yang masa produktif banyak yang mencari pekerjaan atau mengadu nasib di kota. Kalau dari pemuda desa ke kota dan gagal mencapai apa yang diharapkan biasanya mereka malu untuk balik ke kampung halaman. Dengan berbagai cara mereka harus bisa mencari penghasilan terjadilah angka pengangguran dan kriminalitas yang meningkat. Dan kalau mereka pada saat Lebaran pulang kampung atau mudik mereka bercerita kesuksesan mereka di kota padahal ada juga yang ceritanya tidak sesuai dengan kenyataan. Di kota mereka hanya kerja serabutan dan banyak juga yang akhirnya berbuat kriminal dan meresahkan masyarakat. Padahal kalau mereka tidak gengsi kembali ke desa kehidupan mereka malah lebih baik. Tetapi gengsi juga akhirnya yang menutup niat orang-orang yang gagal hidup di kota untuk kembali ke desa. Di sisi yang lain ternyata tidak sedikit juga yang sukses bekerja di kota. Dari bekerja kecil akhirnya sukses menjadi bos dan menjadi kaya karena sukses bisnisnya. Semua memang tergantung masing-masing individu dan bagaimana kemauan dan usaha keras yang harus dilakukan. Keahlian kerja juga tidak boleh diabaikan. Bekali dulu keahlian baru berani mengadu nasib di kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar